si amplop coklat yang ditunggu-tunggu sebelas bulan |
8 November 2011. Selasa minggu lalu. Pengumuman
penempatan yang ditunggu-tunggu selama sebelas bulan datang juga. Setelah
sebelas bulan menunggu kepastian, sebelas bulan magang, melewati masa galau
penempatan (mungkin ada yang ingat catatan saya yang berjudul “Catatan (Tidak) Galau Sebelum Penempatan : Semeleh” yang saya tulis di masa pucak galau
penempatan hehe) terjawablah semua penantian dan doa panjang. Kantor Pusat
DJKN, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, melanjutkan perjalanan magang
sebelas bulan di tempat yang sama, dengan status berbeda. Seorang pelaksana. Alhamdulillah.
penempatan yang ditunggu-tunggu selama sebelas bulan datang juga. Setelah
sebelas bulan menunggu kepastian, sebelas bulan magang, melewati masa galau
penempatan (mungkin ada yang ingat catatan saya yang berjudul “Catatan (Tidak) Galau Sebelum Penempatan : Semeleh” yang saya tulis di masa pucak galau
penempatan hehe) terjawablah semua penantian dan doa panjang. Kantor Pusat
DJKN, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, melanjutkan perjalanan magang
sebelas bulan di tempat yang sama, dengan status berbeda. Seorang pelaksana. Alhamdulillah.
Hari Selasa kemarin saat pengumuman penempatan, entah
mengapa rasanya ‘semeleh’ menghadapi penempatan. Rasa takut pasti ada, tapi
dengan kadar yang masih bisa dikendalikan hehe. Saat nama saya dipanggil untuk
menerima amplop coklat yang berisi Surat Keputusan Penempatan, saya nyaris tak
ada rasa deg-degan. Dua hari sebelum penempatan, saat idul adha, saya
bertandang ke rumah om dan tante di Bekasi, salah satunya memohon doa dari
mereka. Tante bertanya,”Kamu pengen mana Nik?,” “Jakarta tante,” “Apa niat
utamamu pengen di Jakarta,” Saya sebutkan alasan-alasan utama saya. “Kalau
begitu niatmu, insya Allah, dapet atau enggak kamu di Jakarta, Allah sudah
mencatat niatmu,” Kata-kata tante begitu menenangkan dan semakin memantapkan
hati untuk menerima apapun keputusan hari Selasa.
mengapa rasanya ‘semeleh’ menghadapi penempatan. Rasa takut pasti ada, tapi
dengan kadar yang masih bisa dikendalikan hehe. Saat nama saya dipanggil untuk
menerima amplop coklat yang berisi Surat Keputusan Penempatan, saya nyaris tak
ada rasa deg-degan. Dua hari sebelum penempatan, saat idul adha, saya
bertandang ke rumah om dan tante di Bekasi, salah satunya memohon doa dari
mereka. Tante bertanya,”Kamu pengen mana Nik?,” “Jakarta tante,” “Apa niat
utamamu pengen di Jakarta,” Saya sebutkan alasan-alasan utama saya. “Kalau
begitu niatmu, insya Allah, dapet atau enggak kamu di Jakarta, Allah sudah
mencatat niatmu,” Kata-kata tante begitu menenangkan dan semakin memantapkan
hati untuk menerima apapun keputusan hari Selasa.
Amplop coklat itu saya buka perlahan dengan berteriak
kencang-kencang dalam hati, “Apapun yang kamu dapatkan itu yang terbaik, apapun
yang kamu dapatkan itu yang terbaik,” Subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar.
Dua kali saya sujud syukur, syukur saya yang pertama karena mendapatkan Kantor
Pusat dan sujud syukur yang kedua karena mendapatkan penempatan di Direktorat
KND, semata-mata karena kasih sayang-Nya persis menjawab semua doa.
kencang-kencang dalam hati, “Apapun yang kamu dapatkan itu yang terbaik, apapun
yang kamu dapatkan itu yang terbaik,” Subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar.
Dua kali saya sujud syukur, syukur saya yang pertama karena mendapatkan Kantor
Pusat dan sujud syukur yang kedua karena mendapatkan penempatan di Direktorat
KND, semata-mata karena kasih sayang-Nya persis menjawab semua doa.
isi si amplop coklat yang bikin sujud syukur dua kali |
Seorang teman pernah bertanya dengan nada skeptis, “Memang
apa yang bisa kita lakukan menghadapi penempatan? Kan kita nggak bisa usaha
apa-apa,” “Berdoa,”jawab saya. “Kalau begitu nggak ada yang nggak bisa kita
usahakan, kan at least kita bisa berdoa,” “Ya memang iya”
apa yang bisa kita lakukan menghadapi penempatan? Kan kita nggak bisa usaha
apa-apa,” “Berdoa,”jawab saya. “Kalau begitu nggak ada yang nggak bisa kita
usahakan, kan at least kita bisa berdoa,” “Ya memang iya”
Doa saya kepada Allah panjang dan ‘nrithik’ kalau orang
jawa bilang. Saya mohon ditempatkan di tempat yang ‘nggak usah pindah kantor
dan pindah kosan’ alias di Kantor Pusat, di bagian yang ilmu akuntansi banyak
dibutuhkan, yang sering melihat angka, di bagian yang sering melakukan
analisis, yang ada ikhwah yang bisa saya tanya-tanya di lingkungan itu dan
kriteria-kriteria lainnya. Mungkin ada sepuluh kriteria yang saya minta. Semua dikabulkan, persis, sama sekali tak ada
yang kurang.
jawa bilang. Saya mohon ditempatkan di tempat yang ‘nggak usah pindah kantor
dan pindah kosan’ alias di Kantor Pusat, di bagian yang ilmu akuntansi banyak
dibutuhkan, yang sering melihat angka, di bagian yang sering melakukan
analisis, yang ada ikhwah yang bisa saya tanya-tanya di lingkungan itu dan
kriteria-kriteria lainnya. Mungkin ada sepuluh kriteria yang saya minta. Semua dikabulkan, persis, sama sekali tak ada
yang kurang.
Setiap ada teman yang bertanya, “Pengen ditempatkan dimana
Mon?” “Kantor Pusat,” “Yakin Mon?” “Insya Allah,”jawab saya. “Pede banget sih,
jangan terlalu berharap kalau nggak terkabul sakit loh,”. Loh memang ada apa
dengan jawaban ‘insya Allah’, insya Allah disini kan artinya ‘jika Allah mengizinkan’
maka akan terjadi, tak berarti saya mendahului takdir yang belum saya tahu
bukan?
Mon?” “Kantor Pusat,” “Yakin Mon?” “Insya Allah,”jawab saya. “Pede banget sih,
jangan terlalu berharap kalau nggak terkabul sakit loh,”. Loh memang ada apa
dengan jawaban ‘insya Allah’, insya Allah disini kan artinya ‘jika Allah mengizinkan’
maka akan terjadi, tak berarti saya mendahului takdir yang belum saya tahu
bukan?
Selain itu saya percaya dan memegang benar bahwa kata-kata
adalah doa. “Gimana kalau keinginanmu nggak terwujud?” tanya beberapa teman.
“Insya Allah terwujud,” jawab saya. Rata-rata teman mengaminkan. Ada satu orang
teman yang tak puas dengan jawaban saya dan bertanya hingga tiga kali, “Gimana
kalau nggak terwujud?” dan berhenti setelah akhirnya saya mau jawab, “Ya gimana lagi kalau
sudah takdir,” Bukannya saya ‘kepedean’ atau ‘yakin banget’ jika saya menjawab
seperti itu, hanya saja pantang bagi saya mengatakan apa yang tidak saya
inginkan untuk terjadi. Bukannya saya tidak mempersiapkan kemungkinan terburuk hanya
saja saya cukup memikirkannya dalam hati. Selama takdir belum terjadi, ikhtiar
masih terbuka lebar (ikhtiar itu meliputi doa) dan kata-kata adalah doa.
Apa-apa yang diucapkan itu doa. Kalau memang tak menginginkan hal tersebut
terjadi, mengapa harus mengatakan “bagaimana jika tidak?” sementara jika itu
memang sesuatu yang terbaik di mata Allah bagi kita, hal itu akan terjadi juga.
Lagipula kita telah memohonkan kepada Allah untuk memberikan yang terbaik. Di
akhir setiap doa tak lupa saya sisipkan, “Jika itu yang terbaik bagi hamba di
mata-Mu,” artinya jika doa terkabul berarti insya Allah itu yang terbaik bagi saya, kalau tidak
terkabul pun insya Allah itu terbaik bagi saya juga.
adalah doa. “Gimana kalau keinginanmu nggak terwujud?” tanya beberapa teman.
“Insya Allah terwujud,” jawab saya. Rata-rata teman mengaminkan. Ada satu orang
teman yang tak puas dengan jawaban saya dan bertanya hingga tiga kali, “Gimana
kalau nggak terwujud?” dan berhenti setelah akhirnya saya mau jawab, “Ya gimana lagi kalau
sudah takdir,” Bukannya saya ‘kepedean’ atau ‘yakin banget’ jika saya menjawab
seperti itu, hanya saja pantang bagi saya mengatakan apa yang tidak saya
inginkan untuk terjadi. Bukannya saya tidak mempersiapkan kemungkinan terburuk hanya
saja saya cukup memikirkannya dalam hati. Selama takdir belum terjadi, ikhtiar
masih terbuka lebar (ikhtiar itu meliputi doa) dan kata-kata adalah doa.
Apa-apa yang diucapkan itu doa. Kalau memang tak menginginkan hal tersebut
terjadi, mengapa harus mengatakan “bagaimana jika tidak?” sementara jika itu
memang sesuatu yang terbaik di mata Allah bagi kita, hal itu akan terjadi juga.
Lagipula kita telah memohonkan kepada Allah untuk memberikan yang terbaik. Di
akhir setiap doa tak lupa saya sisipkan, “Jika itu yang terbaik bagi hamba di
mata-Mu,” artinya jika doa terkabul berarti insya Allah itu yang terbaik bagi saya, kalau tidak
terkabul pun insya Allah itu terbaik bagi saya juga.
Saya benar-benar ingin penempatan di pusat, untuk beberapa
alasan yang menurut saya kuat. Saya lakukan semua usaha untuk mendapatkannya,
kalau usaha yang bisa saya lakukan itu ‘hanya’ berdoa, saya lakukan semaksimal
yang saya bisa. Ngomong-ngomong saya belum pernah membaca satu pun buku Ippho
Santosa tapi saya mencoba menerapkan ‘jurus’ andalan yang saya pelajari dari
tweet-tweet beliau. Jurus memantaskan diri. Memantaskan diri untuk terkabulnya
doa penempatan, kali ini.
alasan yang menurut saya kuat. Saya lakukan semua usaha untuk mendapatkannya,
kalau usaha yang bisa saya lakukan itu ‘hanya’ berdoa, saya lakukan semaksimal
yang saya bisa. Ngomong-ngomong saya belum pernah membaca satu pun buku Ippho
Santosa tapi saya mencoba menerapkan ‘jurus’ andalan yang saya pelajari dari
tweet-tweet beliau. Jurus memantaskan diri. Memantaskan diri untuk terkabulnya
doa penempatan, kali ini.
Mulai dari mengatakan apa-apa yang baik karena meyakini
bahwa kata-kata adalah doa, meminta doa pada hampir semua orang yang ada di
sekitar saya. “Saya mau penempatan, mohon doanya ya supaya dapat pusat,” bukan
sekadar basa-basi tetapi saya berharap barang kali ada yang mau menyelipkan
nama saya diantara doa-doanya, barangkali dari yang mendoakan saya itu ada
orang-orang yang doanya mustajab atau saat dia berdoa adalah saat yang mustajab
dan doa untuk saya ‘katut’. Siapa tahu. Mempelajari saat-saat yang mustajab dan
berdoa pada saat-saat itu, bahkan biasanya kurang suka hujan menjadi suka
dengan hujan saat mengetahui bahwa hujan adalah salah satu saat yang mustajab
untuk berdoa. Hehe.
bahwa kata-kata adalah doa, meminta doa pada hampir semua orang yang ada di
sekitar saya. “Saya mau penempatan, mohon doanya ya supaya dapat pusat,” bukan
sekadar basa-basi tetapi saya berharap barang kali ada yang mau menyelipkan
nama saya diantara doa-doanya, barangkali dari yang mendoakan saya itu ada
orang-orang yang doanya mustajab atau saat dia berdoa adalah saat yang mustajab
dan doa untuk saya ‘katut’. Siapa tahu. Mempelajari saat-saat yang mustajab dan
berdoa pada saat-saat itu, bahkan biasanya kurang suka hujan menjadi suka
dengan hujan saat mengetahui bahwa hujan adalah salah satu saat yang mustajab
untuk berdoa. Hehe.
Kata Ippho Santosa yang terkenal dengan jurus ‘otak kanan’,
otak kiri itu adalah ‘kaya dulu baru bersedekah’ sementara otak kanan itu
‘bersedekah dulu baru kaya’. Memantaskan diri menjadi orang yang kaya caranya
adalah sedekah. Dulu beberapa kali saya bernadzar jika mempunyai keinginan yang
kuat. Ternyata saya keliru. Kata ustadz, nadzar itu menunjukkan kebakhilan.
Sekarang dibalik, melakukan apa yang sedianya dinadzarkan terlebih dahulu saat mempunyai
keinginan. Perbanyak kebajikan. Jika seandainya pun apa yang kita inginkan tak
tercapai, insya Allah kita sudah dapat pahala dari mengerjakan kebajikan
tersebut. Selain itu di tengah-tengah penantian penempatan yang belum jelas,
saya ‘nekat’ mengambil kelas suatu sekolah tinggi karena sangat ingin belajar
di tempat itu. Tidak menunggu penempatan terlebih dahulu. Dan mudah-mudahan
karenanya Dia memperkenankan saya penempatan di Jakarta. Yakin saja bahwa
selalu ada kemudahan untuk niat baik. Alhamdulillah terkabul.
otak kiri itu adalah ‘kaya dulu baru bersedekah’ sementara otak kanan itu
‘bersedekah dulu baru kaya’. Memantaskan diri menjadi orang yang kaya caranya
adalah sedekah. Dulu beberapa kali saya bernadzar jika mempunyai keinginan yang
kuat. Ternyata saya keliru. Kata ustadz, nadzar itu menunjukkan kebakhilan.
Sekarang dibalik, melakukan apa yang sedianya dinadzarkan terlebih dahulu saat mempunyai
keinginan. Perbanyak kebajikan. Jika seandainya pun apa yang kita inginkan tak
tercapai, insya Allah kita sudah dapat pahala dari mengerjakan kebajikan
tersebut. Selain itu di tengah-tengah penantian penempatan yang belum jelas,
saya ‘nekat’ mengambil kelas suatu sekolah tinggi karena sangat ingin belajar
di tempat itu. Tidak menunggu penempatan terlebih dahulu. Dan mudah-mudahan
karenanya Dia memperkenankan saya penempatan di Jakarta. Yakin saja bahwa
selalu ada kemudahan untuk niat baik. Alhamdulillah terkabul.
Pernah saya update status seperti ini, “Mengemislah pada
Yang Maha Kaya, karena tak akan berkurang sedikitpun kekayaan-Nya mengabulkan
semua pinta,” Kalau meminta kepada orang tua saja tidak sungkan karena yakin
bahwa orang tua sayang sama kita, mengapa harus sungkan mengemis-ngemis kepada
zat yang jauuuuh lebih penyayang dari orang tua. Seorang teman pernah berkata
seperti ini saat saya tanya apa doanya, ”Berdoanya semoga mendapat tempat
terbaik saja, takut sakit kalau berharap,” Kalau menurut saya, berdoa saja
mengapa musti takut, sementara kita punya Allah yang Maha Mengabulkan Doa
(Berdoalah kepada-Ku niscaya Ku kabulkan, firman-Nya dalam Q.S Ghafir:60) dan
kita punya Allah yang sesuai prasangka hambanya (disebutkan dalam sebuah hadits
Qudsi) bukan? Meminta sebanyak apapun, se ‘njelimet’ apapun mudah saja
bagi-Nya. Seorang ustadz pernah berkata bahwa perbedaan meminta pada manusia dan meminta kepada Allah adalah jika manusia diminta terus menerus bisa jengkel dan marah, semakin diminta Allah malah akan semakin senang, karena permintaan itu menunjukkan semakin menghambanya manusia pada-Nya. Jadi jujurlah dengan keinginanmu dan meminjam istilah pak Ippho
pantaskan dirimu untuk mendapatkannya. Mengemislah pada Yang Maha Penyayang ^^
Yang Maha Kaya, karena tak akan berkurang sedikitpun kekayaan-Nya mengabulkan
semua pinta,” Kalau meminta kepada orang tua saja tidak sungkan karena yakin
bahwa orang tua sayang sama kita, mengapa harus sungkan mengemis-ngemis kepada
zat yang jauuuuh lebih penyayang dari orang tua. Seorang teman pernah berkata
seperti ini saat saya tanya apa doanya, ”Berdoanya semoga mendapat tempat
terbaik saja, takut sakit kalau berharap,” Kalau menurut saya, berdoa saja
mengapa musti takut, sementara kita punya Allah yang Maha Mengabulkan Doa
(Berdoalah kepada-Ku niscaya Ku kabulkan, firman-Nya dalam Q.S Ghafir:60) dan
kita punya Allah yang sesuai prasangka hambanya (disebutkan dalam sebuah hadits
Qudsi) bukan? Meminta sebanyak apapun, se ‘njelimet’ apapun mudah saja
bagi-Nya. Seorang ustadz pernah berkata bahwa perbedaan meminta pada manusia dan meminta kepada Allah adalah jika manusia diminta terus menerus bisa jengkel dan marah, semakin diminta Allah malah akan semakin senang, karena permintaan itu menunjukkan semakin menghambanya manusia pada-Nya. Jadi jujurlah dengan keinginanmu dan meminjam istilah pak Ippho
pantaskan dirimu untuk mendapatkannya. Mengemislah pada Yang Maha Penyayang ^^
Penempatan bukan akhir segalanya tapi bisa jadi merupakan
awal sebuah perjalanan. Seperti kata salah seorang kepala yang saya ingat
benar, “Tunjukkan rasa syukur atas pekerjaan yang kita punya dengan melakukan
pekerjaan kita sebaik-baiknya,”
awal sebuah perjalanan. Seperti kata salah seorang kepala yang saya ingat
benar, “Tunjukkan rasa syukur atas pekerjaan yang kita punya dengan melakukan
pekerjaan kita sebaik-baiknya,”
Semangat ^^
P.S : Syukur tak hingga kepada Allah dan terima kasih sebesar-besarnya
untuk semua yang bersedia menyelipkan nama saya dalam doa dan teman-teman yang
selalu ada pada saat galau saya hehe. Lemah teles seperti kata favorit mama
saya, Gusti Allah ingkang mbales 🙂
untuk semua yang bersedia menyelipkan nama saya dalam doa dan teman-teman yang
selalu ada pada saat galau saya hehe. Lemah teles seperti kata favorit mama
saya, Gusti Allah ingkang mbales 🙂
9 Comments. Leave new
Kekuatan pikiran mon :))
Keren mon tulisanmu.. terharu :'(
seneng baca tulisanmu mon… ^_^
Alhamdulillah.. seneng tau si Neng hepi.. doamu terkabul..artinya yang dimau sama kamu dan sama Allah.. pas.. 🙂
Selamat berkarya. Ingat, jadi PNS di akhir zaman ini banyak godaannya 😀
makasih komentarnya teman2 ^^
yg pasti selalulah khusnudzon sama Allah 😀
Dik Mon..
tetaplah selalu berdoa..smoga tempat yg sekarang kita berada adalah yg terbaik untuk kehidupan kita…
“Tunjukkan rasa syukur atas pekerjaan yang kita punya dengan melakukan pekerjaan kita sebaik-baiknya,”
coba peka lingkungan mon…banyak hal yang belum kamu sadari
makasih bunda Shofia 🙂
mas Gun
mas, klo aku krg peka mohon ditunjukkan ya sama dibilang2in hehe, ngrasa masih ijo banget disini 🙂
tertohok.. 😉
Lanjutin dek..